Minggu, 03 Juli 2011

PENDIDIKAN ISLAM MENGHADAPI IPTEK DAN TRANSFORMASI SOSIAL


PENDIDIKAN ISLAM MENGHADAPI IPTEK DAN TRANSFORMASI SOSIAL
A.    Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sejalan dengan pengertian pendidikan di atas, pendidikan islam memiliki arti sebagai bimbingan dan usaha yang diberikan pada seseorang dalam pertumbuhan jasmani dan usaha rohani agar tertanam nilai-nilai ajaran agama Islam untuk menuju pada tingkat membentuk kepribadian yang utama, yaitu kepribadian muslim yang mencapai kehidupan dunia dan akhirat.
Selain itu, pendidikan adalah sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan dan budaya dari generasi ke generasi dan berkembang seiring pdengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan-perubahan sosial kemasyarakatan. Pendidikan islam pada masa kejayaan islam dulu telah melahirkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat memberikan pendidikan yang seimbang, yaitu pendidikan iptek dan imtak yang bertujuan memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas, dapat ditarik beberapa rmusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pendidikan islam menghadapi perkembangan iptek?
2.      Bagaimana pendidikan islam menghadapi transformasi sosial?

C.     Pembahasan
1.      Pendidikan islam menghadapi perkembangan iptek
Perkembangan corak pendidikan pendidikan islam setidaknya dipengaruhi oleh lima faktor, kelima faktor tersebut antara lain: perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat, perkembangan politik, perkembangan ekonomi, dan perkembangan agama dan budaya masyarakat di mana pendidikan itu diselenggarakan.[1]
Agama islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan menganjurkan para pemeluknya untuk menuntuk ilmu setinggi-tingginya. Allah akan mengankat derajad orang-orang yang beriman dan berilmu. Selain itu, banyak hadis yang menjelaskan tentang anjuran menuntut ilmu dan keutamaan orang-orang yang berilmu.
Pada abad pertengahan, umat islam pernah jaya dan menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pada masa itu sering disebut sebagai masa kejayaan umat islam.
Nabi Muhammad saw. telah mengubah pandangan hidup dan memberi semangat yang menyala-nyala kepada umat Islam, sehingga dari bangsa yang terkebelakang dalam waktu yang amat singkat mereka, mereka telah menjadi guru sejagat. Umat Islam menghidupkan ilmu, mengadakan penyelidikan-penyelidikan. Fakta sejarah menjelaskan antara lain , bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memiliki kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam memiliki tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldun di bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar , dan lain-lain. Islam telah datang ke Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain lagi. Namun umat islam tidak dapat mempertahankan masa kejayaan itu ketida mendapat serangan dari bangsa mongolia dan perang salib. Ketika itu, buku-buku pengetahuan banyak yang dimusnahkan oleh bangsa mongol dan dicuri oleh para tentara salib dari barat.[2]
Kejayaan umat islam terdahulu tidak lepas dari kesungguhan umat islam dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama, mengembangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan teknologi-teknologi canggih sehingga umat islam tersebut dapat menikmati hasil kesungguhannya itu.
Di zaman modern ini, keadaan menjadi terbalik, banyak umat islam yang mengalami kemunduran di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Umat islam hanya menjadi konsumtif dan hanya pasif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Umat islam menjadi terpuruk dan terbelakang. Sudah saatnya umat islam kembali bangkit dari keterpurukan ini dengan merapatkan barisan berpegang teguh pada tali allah dan kembali kepada tradisi keilmuan dalam agama islam.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.
Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang materialis dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Banyak  ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah, di antaranya adalah Q.S. Ali Imron : 190-191 sebagai berikut :[3]
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ ﴿١٩٠﴾ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(Q.S. Ali Imron [3] : 190-191)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١١﴾
011. Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Mujadillah [58]: 11 )
Hampir menjadi pengetahuan umum (common sense) bahwa dasar dari peradaban modern adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Iptek merupakan dasar dan pondasi yang menjadi penyangga bangunan peradaban modern barat sekarang ini. Masa depan suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat penguasaan bangsa itu terhadap Iptek. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki keunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan mengembangkan Iptek.
Diakui bahwa iptek, disatu sisi telah memberikan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia. Namun di sisi lain, iptek telah mendatangkan petaka yang pada gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan.
Perkembangan iptek yang sedemikian pesatnya menyebabkan umat manusia menjadi salah arah, mereka mendewakan iptek tersebut bahkan menjadikannya sebagai agama baru. Akibatnya terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan iptek, seperti yang terjadi ketika perang dunia I dan perang dunia ii. Hal ini terjadi karena kemajuan iptek tidak diimbangi dengan imtak, sehingga perlu adanya integrasi ilmu dan agama, iptek dan imtak. Hal ini, selain karena adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-ilmu umum (sains) dan ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa perkembangan iptek dalam sistem pendidikan kita tampaknya berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan takwa yang kuat, sehingga pengembangan dan kemajuan iptek tidak memiliki nilai tambah dan tidak memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya. Di sinilah pendidikan islam berperan menjalankan misi tersebut.
Kekhwatiran ini, cukup beralasan, karena sejauh ini sistem pendidikan kita tidak cukup mampu menghasilkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt sebagaimana diharapkan. Berbagai tindak kejahatan sering terjadi dan banyak dilakukan justru oleh orang-orang yang secara akademik sangat terpelajar, bahkan mumpuni. Ini berarti, aspek pendidikan turut menyumbang dan memberikan saham bagi kebangkrutan bangsa yang kita rasakan sekarang. Kenyataan ini menjadi salah satu catatan mengenai raport merah pendidikan nasional kita.
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan imtak dan iptek ini diperlukan karena empat alasan, yaitu:[4]
Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepada Allah swt. Sebaliknya, tanpa asas imtak, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan jasmani), tetapi juga membutuhkan imtak dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan, hanya akan mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu (Q.S. An-Nur:39). Maka integrasi imtak dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-Baqarah :201).
Proses integrasi iptek dan imtak tersebut antara lain melalui cara-cara sebagai berikut :
Pertama, Bertolak bertolak pada filsafat pendidikan dan filsafat kemanusiaan, yaitu, pendidikan tidak lain harus dipahami sebagai ikhtiar manusia yang dilakukan secara sadar untuk menumbuhkan potensi-potensi baik yang dimiliki manusia sehingga ia mampu dan sanggup mempertanggung jawabkan eksistensi dan kehadirannya di muka bumi. Dalam perspektif ini, adalah pendidikan manusia seutuhnya, dan harus diarahkan pada pembentukan kesadaran dan kepribadian manusia. Disinilah, nilai-nilai budaya dan agama, imtak dan akhlaqul al-Karimah, dapat ditanamkan, sehingga pendidikan, selain berisi transfer ilmu, juga bermakna transformasi nilai-nilai budaya dan agama (imtak).
Kedua, tujuan pendidikan. Dalam pandangan Islam, tujuan pendidikan tidak berbeda dengan tujuan hidup itu sendiri, yaitu beribadah kepada Allah swt (Q.S. Al-Dzariyat: 56). Dengan kata lain, pendidikan harus menciptakan pribadi-pribadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. yang dapat mengantar manusia meraih kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan Islam berorientasi pada penciptaan ilmuwan (ulama) yang takut bercampur kagum kepada kebesaran Allah swt (Q.S. Fathir : 28), dan berorientasi pada penciptaan intelektual dengan kualifikasi sebagai Ulul Albab yang dapat mengembangkan kualitas pikir dan kualitas dzikir (imtaq dan iptek) sekaligus (Q.S. Ali Imran: 191-193).
Upaya yang ketiga adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.



2.      Pendidikan islam menghadapi transformasi sosial
Sebagaimana dijelaskan di muka, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi pincang ketika tidak dibarengi dengan pembentukan iman dan takwa (imtak) dalam rangka membentengi diri dari dampak negatif yang ditimbulkan dari perkembangan iptek tersebut. perkembangan ilmu pengetahuan dan  teknologi (IPTEK) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Kemajuan iptek akan berpengaruh pada perubahan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik perubahan yang positif maupun perubahan yang negatif.[5]
Untuk mengatasi kerugian dan bahasa yang ditimbulkan di atas, pendidikan islam perlu melakukan pendekatan yang menyeluruh dalam melaksanakan pendidikan. Dengan pendekatan holistik, Islam harus dipahami secara utuh, dan menyeluruh. Pendidikan islam dapat mengikuti pola iman, Islam dan Ihsan, atau pola iman, ibadah dan akhlakul karimah, tanpa terpisah satu dengan yang lain, sehingga pendidikan Islam dan kajian Islam tidak hanya melahirkan dan memparkaya pemikiran dan wacana keislaman, tetapi sekaligus melahirkan kualitas moral (akhlaq al karimah) yang menjadi tujuan dari agama itu sendiri. Pendidikan Islam dengan pendekatan ini harus melahirkan budaya “berilmu amaliah dan beramal ilmiah”. Integrasi ilmu dan amal, imtak dan iptek haruslah menjadi ciri dan sekaligus nilai tambah dari pendidikan islam.
Melihat fenomena-fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, perilaku sosial yang amoral sering kali terjadi, mulai dari perampokan, pelecehan seksual, pencurian, minum-minuman keras, narkoba, kekerasan dan lain sebagainya. Padahal  masyarakat Indonesia adalah mayoritas muslim, dan juga mayoritas pelaku kejahatan sosial juga mengaku dirinya muslim. Satu hal yang menjadi tanda tanya besar. Kenapa bangsa Indonesia yang mayoritas muslim masih banyak ditemukan kejahatan-kejahatan di masyarakat? Nampaknya perlu dikaji kembali pada pendidikan moralnya yang mungkin kurang optimal. Dalam hal ini, pendidikan Islam memegang peranan penting untuk merubah kondisi sosial masyarakat Indonesia. Karena Islam adalah agama yang telah menyebarkan nilai-nilai sosial mulia, seperti nilai moralitas, humanitas dan religiusitas. Karena peran pendidikan Islam dalam perubahan dan pengembangan kualitas sosial Indonesia sangat besar.
Pada dasarnya pendidikan islam adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Dan hasil akhir pendidikan adalah pembentukan insan yang berkualitas, berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri dan berguna bagi sesama manusia, masyarakat dan bangsanya. Di dalam Islam terdapat tiga istilah pendidikan Islam, yatiu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Yaitu kegiatan mendidik, mengembangkan potensi dan membentuk akhlah yang mulia.
Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam, tentu sangat memperhatikan keadaan masyarakat. Hal ini terlihat dari bukti sejarah, bagaimana Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat Arab dari masa jahiliyah yang tidak beradab ke masa islamiyah yang penuh dengan kasih sayang.
Dengan demikian, perlu adanya pembangunan sosial melalui pendidikan islam dengan cara-cara sebagai berikut :
 Pertama, membangun kecerdasan dan memperluas wawasan untuk kemaslahatan umat manusia dan agar manusia dapat memecahkan permasalahan-permasalahan hidup yang dihadapi.
Kedua, Menuju Masyarakat Madani, yaitu masyarakat yang berperadaban yang ditekankan pada aspek moralitas. Dan moralitas tersebut tentunya dibentuk melalui ilmu pengetahuan yang memiliki nilai-nilai universal.
Pendidikan Islam dalam pembentukan masyarakat madani atau dalam merubah suatu kondisi sosial masyarakat mempunyai peranan penting. Oleh karen itu pendidikan Islam memerlukan inovasi-inovasi baru dan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi untuk menciptakan sebuah peradaban di masanya.
Untuk itu tujuan pendidikan Islam sekarang tidak hanya untuk pembentukan akhlakul karimah atau bertakwa kepada Allah (IMTAQ). Akan tetapi juga bagaimana pendidikan Islam saat ini juga diarahkan untuk menguasai imu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal ini dimaksudkan untuk mengadakan perubahan yang signifikan di tengah-tengah masyarakat melalui pendidikan Islam.

D.    Kesimpulan
Pendidikan islam dalam neghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perubahan sosial haruslah disikapi dengan seksama. Pendidikan islam tidak hanya pendidikan yang mengarah pada ilmu-ilmu agama, tetapi pendidikan yang menyeluruh yang tidak memisahkan ilmu agama dengan teknologi. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan harus pula dibarengi dengan pembentukan moral agar ada keselarasan antara iptek dan imtak. Dengan keselarasan ini, diharapkan kahidupan manusia akan bahagia di dunia dan akhirat.










DAFTAR PUSTAKA
Nata, abuddin. 2003. Kapita selekta pendidikan. Bandung: Aksara
http://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/02/19/islam-dan-barat-benturan-budaya-yang-tak-kunjung-usai/#more-1856 Jum’at, 22 April 2011 pukul 16.00 WIB
Wawan Sjahriyanto, Quran Player Versi 2.0.1.0, (2005)
http://tulkhan.wordpress.com/2009/12/25/filsafat-pendidikan-islam-dan-tantangan-transformasi-sosial-budaya/ Jum’at, 22 April 2011 pukul 16.00 WIB
http://www.scribd.com/doc/22500851/Peranan-Iptek-Dalam-Pendidikan Jum’at, 22 April 2011 pukul 16.00 WIB













[1] abuddin Nata, Kapita selekta pendidikan, (Bandung: Aksara, 2003) 1
[3] Wawan Sjahriyanto, Quran Player Versi 2.0.1.0, (2005)
[4] http://www.scribd.com/doc/22500851/Peranan-Iptek-Dalam-Pendidikan
[5] http://tulkhan.wordpress.com/2009/12/25/filsafat-pendidikan-islam-dan-tantangan-transformasi-sosial-budaya/ Jum’at, 22 April 2011 pukul 16.00 WIB