PENDIDIKAN ISLAM
MENGHADAPI IPTEK DAN TRANSFORMASI SOSIAL
A. Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Sejalan dengan
pengertian pendidikan di atas, pendidikan islam memiliki arti sebagai bimbingan
dan usaha yang diberikan pada seseorang dalam pertumbuhan jasmani dan usaha
rohani agar tertanam nilai-nilai ajaran agama Islam untuk menuju pada tingkat
membentuk kepribadian yang utama, yaitu kepribadian muslim yang mencapai
kehidupan dunia dan akhirat.
Selain itu, pendidikan
adalah sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan dan budaya dari generasi ke
generasi dan berkembang seiring pdengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta perubahan-perubahan sosial kemasyarakatan. Pendidikan islam pada masa
kejayaan islam dulu telah melahirkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi
serta dapat memberikan pendidikan yang seimbang, yaitu pendidikan iptek dan
imtak yang bertujuan memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan pendahuluan
di atas, dapat ditarik beberapa rmusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
pendidikan islam menghadapi perkembangan iptek?
2. Bagaimana
pendidikan islam menghadapi transformasi sosial?
C. Pembahasan
1. Pendidikan
islam menghadapi perkembangan iptek
Perkembangan corak
pendidikan pendidikan islam setidaknya dipengaruhi oleh lima faktor, kelima
faktor tersebut antara lain: perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
perkembangan masyarakat, perkembangan politik, perkembangan ekonomi, dan
perkembangan agama dan budaya masyarakat di mana pendidikan itu
diselenggarakan.[1]
Agama islam sangat
menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan menganjurkan para pemeluknya untuk
menuntuk ilmu setinggi-tingginya. Allah akan mengankat derajad orang-orang yang
beriman dan berilmu. Selain itu, banyak hadis yang menjelaskan tentang anjuran
menuntut ilmu dan keutamaan orang-orang yang berilmu.
Pada abad pertengahan,
umat islam pernah jaya dan menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga pada masa itu sering disebut sebagai masa kejayaan umat
islam.
Nabi Muhammad saw. telah mengubah pandangan hidup dan
memberi semangat yang menyala-nyala kepada umat Islam, sehingga dari bangsa
yang terkebelakang dalam waktu yang amat singkat mereka, mereka telah menjadi
guru sejagat. Umat Islam menghidupkan ilmu, mengadakan
penyelidikan-penyelidikan. Fakta sejarah menjelaskan antara lain , bahwa Islam
pada waktu pertama kalinya memiliki kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam
memiliki tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu
Khaldun di bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar , dan lain-lain. Islam telah
datang ke Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu
ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang ilmu
yang lain lagi. Namun umat islam tidak dapat mempertahankan masa kejayaan itu
ketida mendapat serangan dari bangsa mongolia dan perang salib. Ketika itu,
buku-buku pengetahuan banyak yang dimusnahkan oleh bangsa mongol dan dicuri
oleh para tentara salib dari barat.[2]
Kejayaan umat islam terdahulu tidak lepas dari kesungguhan
umat islam dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan menciptakan teknologi-teknologi canggih sehingga umat islam
tersebut dapat menikmati hasil kesungguhannya itu.
Di zaman modern ini, keadaan menjadi terbalik, banyak umat
islam yang mengalami kemunduran di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Umat islam
hanya menjadi konsumtif dan hanya pasif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Umat islam menjadi terpuruk dan terbelakang. Sudah saatnya umat
islam kembali bangkit dari keterpurukan ini dengan merapatkan barisan berpegang
teguh pada tali allah dan kembali kepada tradisi keilmuan dalam agama islam.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini
pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang
lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu
pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita
itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan
kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya
dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja
nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis dan sekular (anti Tuhan) yang
dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat.
Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian
besar bangsa-bangsa Muslim.
Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi
kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari,
mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan
kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi
pengembangan ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang materialis dan
sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk
menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang amanat
Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada
kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Banyak
ayat dalam Al-Quran yang mementingkan
proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam,
untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah, di antaranya
adalah Q.S. Ali Imron : 190-191 sebagai berikut :[3]
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ ﴿١٩٠﴾ الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي
خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.(Q.S. Ali Imron [3] : 190-191)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا
قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا
قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١١﴾
011. Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Mujadillah [58]: 11 )
Hampir menjadi
pengetahuan umum (common sense) bahwa dasar dari peradaban modern adalah ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek). Iptek merupakan dasar dan pondasi yang
menjadi penyangga bangunan peradaban modern barat sekarang ini. Masa depan
suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat penguasaan bangsa itu terhadap
Iptek. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki keunggulan dan
kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan mengembangkan
Iptek.
Diakui bahwa iptek,
disatu sisi telah memberikan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia.
Namun di sisi lain, iptek telah mendatangkan petaka yang pada gilirannya
mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Perubahan ini pada kenyataannya telah
menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di
dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan.
Perkembangan iptek yang
sedemikian pesatnya menyebabkan umat manusia menjadi salah arah, mereka
mendewakan iptek tersebut bahkan menjadikannya sebagai agama baru. Akibatnya
terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan iptek, seperti yang terjadi ketika
perang dunia I dan perang dunia ii. Hal ini terjadi karena kemajuan iptek tidak
diimbangi dengan imtak, sehingga perlu adanya integrasi ilmu dan agama, iptek
dan imtak. Hal ini, selain karena adanya problem dikotomi antara apa yang
dinamakan ilmu-ilmu umum (sains) dan ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan
oleh adanya kenyataan bahwa perkembangan iptek dalam sistem pendidikan kita
tampaknya berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan takwa yang kuat,
sehingga pengembangan dan kemajuan iptek tidak memiliki nilai tambah dan tidak
memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan kemaslahatan umat dan
bangsa dalam arti yang seluas-luasnya. Di sinilah pendidikan islam berperan
menjalankan misi tersebut.
Kekhwatiran ini, cukup
beralasan, karena sejauh ini sistem pendidikan kita tidak cukup mampu
menghasilkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt
sebagaimana diharapkan. Berbagai tindak kejahatan sering terjadi dan banyak
dilakukan justru oleh orang-orang yang secara akademik sangat terpelajar,
bahkan mumpuni. Ini berarti, aspek pendidikan turut menyumbang dan memberikan
saham bagi kebangkrutan bangsa yang kita rasakan sekarang. Kenyataan ini
menjadi salah satu catatan mengenai raport merah pendidikan nasional kita.
Secara lebih spesifik,
integrasi pendidikan imtak dan iptek ini diperlukan karena empat
alasan, yaitu:[4]
Pertama, sebagaimana
telah dikemukakan, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar
bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan
takwa kepada Allah swt. Sebaliknya, tanpa asas imtak, iptek bisa disalahgunakan
pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai
kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil
dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada
kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan
gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang
sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa
kita.
Ketiga, dalam hidupnya,
manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan jasmani), tetapi juga
membutuhkan imtak dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena
itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi
pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah
menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan batin, dunia dan
akhirat.
Keempat, imtak menjadi
landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai
kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi, seperti harta,
pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia
meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha
Tuhan, hanya akan mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa
selain bayangan palsu (Q.S. An-Nur:39). Maka integrasi imtak dan iptek harus
diupayakan dalam format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in
hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan
kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti do’a yang setiap saat kita
panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-Baqarah :201).
Proses integrasi iptek
dan imtak tersebut antara lain melalui cara-cara sebagai berikut :
Pertama, Bertolak bertolak
pada filsafat pendidikan dan filsafat kemanusiaan, yaitu, pendidikan tidak lain
harus dipahami sebagai ikhtiar manusia yang dilakukan secara sadar untuk
menumbuhkan potensi-potensi baik yang dimiliki manusia sehingga ia mampu dan
sanggup mempertanggung jawabkan eksistensi dan kehadirannya di muka bumi. Dalam
perspektif ini, adalah pendidikan manusia seutuhnya, dan harus diarahkan pada
pembentukan kesadaran dan kepribadian manusia. Disinilah, nilai-nilai budaya dan
agama, imtak dan akhlaqul al-Karimah, dapat ditanamkan, sehingga pendidikan,
selain berisi transfer ilmu, juga bermakna transformasi nilai-nilai budaya dan
agama (imtak).
Kedua, tujuan
pendidikan. Dalam pandangan Islam, tujuan pendidikan tidak berbeda dengan
tujuan hidup itu sendiri, yaitu beribadah kepada Allah swt (Q.S. Al-Dzariyat:
56). Dengan kata lain, pendidikan harus menciptakan pribadi-pribadi muslim yang
beriman dan bertakwa kepada Allah swt. yang dapat mengantar manusia meraih
kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan Islam berorientasi
pada penciptaan ilmuwan (ulama) yang takut bercampur kagum kepada kebesaran
Allah swt (Q.S. Fathir : 28), dan berorientasi pada penciptaan intelektual
dengan kualifikasi sebagai Ulul Albab yang dapat mengembangkan kualitas pikir
dan kualitas dzikir (imtaq dan iptek) sekaligus (Q.S. Ali Imran: 191-193).
Upaya yang ketiga
adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat yang disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran.
2. Pendidikan
islam menghadapi transformasi sosial
Sebagaimana dijelaskan
di muka, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi pincang
ketika tidak dibarengi dengan pembentukan iman dan takwa (imtak) dalam rangka
membentengi diri dari dampak negatif yang ditimbulkan dari perkembangan iptek
tersebut. perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat
memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri,
komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di sisi
lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan
kehidupan dan martabat manusia. Kemajuan iptek akan berpengaruh pada perubahan
tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik perubahan yang positif
maupun perubahan yang negatif.[5]
Untuk mengatasi
kerugian dan bahasa yang ditimbulkan di atas, pendidikan islam perlu melakukan
pendekatan yang menyeluruh dalam melaksanakan pendidikan. Dengan pendekatan
holistik, Islam harus dipahami secara utuh, dan menyeluruh. Pendidikan islam
dapat mengikuti pola iman, Islam dan Ihsan, atau pola iman, ibadah dan akhlakul
karimah, tanpa terpisah satu dengan yang lain, sehingga pendidikan Islam dan
kajian Islam tidak hanya melahirkan dan memparkaya pemikiran dan wacana
keislaman, tetapi sekaligus melahirkan kualitas moral (akhlaq al karimah) yang
menjadi tujuan dari agama itu sendiri. Pendidikan Islam dengan pendekatan ini
harus melahirkan budaya “berilmu amaliah dan beramal ilmiah”. Integrasi ilmu
dan amal, imtak dan iptek haruslah menjadi ciri dan sekaligus nilai tambah dari
pendidikan islam.
Melihat
fenomena-fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, perilaku sosial yang amoral sering kali terjadi, mulai dari
perampokan, pelecehan seksual, pencurian, minum-minuman keras, narkoba,
kekerasan dan lain sebagainya. Padahal masyarakat Indonesia adalah mayoritas muslim,
dan juga mayoritas pelaku kejahatan sosial juga mengaku dirinya muslim. Satu
hal yang menjadi tanda tanya besar. Kenapa bangsa Indonesia yang mayoritas muslim
masih banyak ditemukan kejahatan-kejahatan di masyarakat? Nampaknya perlu
dikaji kembali pada pendidikan moralnya yang mungkin kurang optimal. Dalam hal
ini, pendidikan Islam memegang peranan penting untuk merubah kondisi sosial
masyarakat Indonesia. Karena Islam adalah agama yang telah menyebarkan
nilai-nilai sosial mulia, seperti nilai moralitas, humanitas dan religiusitas.
Karena peran pendidikan Islam dalam perubahan dan pengembangan kualitas sosial
Indonesia sangat besar.
Pada dasarnya pendidikan islam adalah daya upaya untuk
memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran dan jasmani anak-anak selaras
dengan alam dan masyarakatnya. Dan hasil akhir pendidikan adalah pembentukan
insan yang berkualitas, berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, mandiri dan berguna bagi sesama manusia, masyarakat dan bangsanya. Di
dalam Islam terdapat tiga istilah pendidikan Islam, yatiu tarbiyah, ta’lim dan
ta’dib. Yaitu kegiatan mendidik, mengembangkan potensi dan membentuk akhlah
yang mulia.
Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam, tentu sangat
memperhatikan keadaan masyarakat. Hal ini terlihat dari bukti sejarah,
bagaimana Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat Arab dari masa jahiliyah yang
tidak beradab ke masa islamiyah yang penuh dengan kasih sayang.
Dengan demikian, perlu adanya pembangunan sosial melalui
pendidikan islam dengan cara-cara sebagai berikut :
Pertama, membangun kecerdasan
dan memperluas wawasan untuk kemaslahatan umat manusia dan agar manusia dapat
memecahkan permasalahan-permasalahan hidup yang dihadapi.
Kedua, Menuju Masyarakat Madani, yaitu masyarakat yang
berperadaban yang ditekankan pada aspek moralitas. Dan moralitas tersebut
tentunya dibentuk melalui ilmu pengetahuan yang memiliki nilai-nilai universal.
Pendidikan Islam dalam pembentukan masyarakat madani atau
dalam merubah suatu kondisi sosial masyarakat mempunyai peranan penting. Oleh
karen itu pendidikan Islam memerlukan inovasi-inovasi baru dan menyesuaikan
dengan perkembangan teknologi untuk menciptakan sebuah peradaban di masanya.
Untuk itu tujuan pendidikan Islam sekarang tidak hanya untuk
pembentukan akhlakul karimah atau bertakwa kepada Allah (IMTAQ). Akan tetapi
juga bagaimana pendidikan Islam saat ini juga diarahkan untuk menguasai imu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal ini dimaksudkan untuk mengadakan
perubahan yang signifikan di tengah-tengah masyarakat melalui pendidikan Islam.
Pendidikan islam dalam neghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perubahan sosial haruslah
disikapi dengan seksama. Pendidikan islam tidak hanya pendidikan yang mengarah
pada ilmu-ilmu agama, tetapi pendidikan yang menyeluruh yang tidak memisahkan
ilmu agama dengan teknologi. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan harus
pula dibarengi dengan pembentukan moral agar ada keselarasan antara iptek dan
imtak. Dengan keselarasan ini, diharapkan kahidupan manusia akan bahagia di
dunia dan akhirat.
DAFTAR
PUSTAKA
Nata, abuddin. 2003.
Kapita selekta pendidikan. Bandung: Aksara
http://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/02/19/islam-dan-barat-benturan-budaya-yang-tak-kunjung-usai/#more-1856
Jum’at, 22 April 2011 pukul 16.00 WIB
Wawan Sjahriyanto, Quran Player Versi 2.0.1.0, (2005)
http://tulkhan.wordpress.com/2009/12/25/filsafat-pendidikan-islam-dan-tantangan-transformasi-sosial-budaya/ Jum’at, 22 April 2011 pukul 16.00 WIB
http://www.scribd.com/doc/22500851/Peranan-Iptek-Dalam-Pendidikan Jum’at, 22 April 2011 pukul 16.00
WIB
[1] abuddin Nata,
Kapita selekta pendidikan, (Bandung: Aksara, 2003) 1
[2] http://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/02/19/islam-dan-barat-benturan-budaya-yang-tak-kunjung-usai/#more-1856.
Jum’at, 22 April 2011 pukul 16.00 WIB
[3]
Wawan Sjahriyanto, Quran Player Versi 2.0.1.0, (2005)
[4]
http://www.scribd.com/doc/22500851/Peranan-Iptek-Dalam-Pendidikan
[5] http://tulkhan.wordpress.com/2009/12/25/filsafat-pendidikan-islam-dan-tantangan-transformasi-sosial-budaya/ Jum’at, 22 April 2011 pukul 16.00 WIB